Pesakitan Sejarah

Artikel MiniKata, Koran Cepat Detik



“Blog

Gus Dur mundur mungkin hanya tinggal soal waktu. DPR dan MPR sekarang memang berisi gerombolan orang patah arang. Lembaga-lembaga negara akhirnya hanya menjadi upaya sistemik institusionalisasi keserakahan politik. Dalam situasi seperti ini, posisi paling aman adalah semacam sikap agnostik secara politis karena:

Pertama, pertikaian Gus Dur versus Amien dkk. adalah murni sebuah konflik perebutan kekuasaan mereka yang sama sekali tidak ada hubungannya dengan kepentingan konkret rakyat. Itulah mengapa kita menyebutnya konflik antarelit. Tanyakan apa yang dibutuhkan rakyat, dan periksa apa yang telah mereka lakukan. Sebuah jurang sangat lebar menganga memisahkan keduanya.

Kedua, baku kecam mereka tidak ada hubungannya dengan proses demokratisasi. Yang berlangsung malah hampir menyerupai sebuah tribal conflict primitif. Kasus keluarga Amien ikut ramai-ramai mengepung istana adalah tragedi sejarah politik modern. Sebuah konflik politik berbelok tajam jadi konflik personal. Ironis, orang yang tidak bisa mengendalikan diri dan keluarganya seperti itu dipercaya memimpin MPR.

Ketiga, kemelut saat ini adalah tanda bahwa kita harus memulai sebuah sejarah baru. Tanpa mengikutsertakan mereka. Dengan terang kita melihat, bahwa usia sama sekali tidak berbanding lurus dengan kedewasaan tapi dengan pelipatgandaan kerakusan politik.

George Santayana berkata bahwa mereka yang gagal belajar dari sejarah terhukum mengulanginya. Kemarin energi kita tandas untuk menghabisi satu orang: Soeharto. Rezimnya sendiri selamat, dan beranak pinak di mana-mana. Haruskah kini energi kita juga dibuang hanya untuk menjatuhkan Gus Dur? Kalau Gus Dur turun, haruskah yang lainnya kita biarkan bertahan? Akankah kita jadi pesakitan sejarah terus menerus? Maka biarkan mereka baku kecam sampai habis dibakar nafsunya sendiri. Tetaplah bekerja dan bertahan hidup dalam damai.

Jakarta, 7 April 2001



BACA JUGA