Memoir

Beberapa Pertemuan Saya dan Daniel Dhakidae

In Memoriam


“Blog

Daniel Dhakidae dan Thung Ju Lan dalam acara diksusi membahas buku Seri Hak Minoritas terbitan Yayasan Interseksi tahun 2007 di Hotel Santika, Jakarta Barat, 4 September 2007.



Tadi pagi, Selasa, 6 April 2021, puluhan pesan WA mengantarkan kabar duka lagi. Daniel Dhakidae, salah seorang intelektual publik dengan reputasi besar telah pergi menghadap illahi akibat serangan jantung pada pukul 3 dini hari. Seperti ribuan orang lainnya, saya tentu saja ikut merasakan sebuah kehilangan besar oleh kepergiannya itu. Sosok Daniel Dhakidae sudah menjulang tinggi di mata saya bahkan sejak saya masih kuliah S1 di akhir 1980an sampai awal 1990an. Meskipun saya tidak pernah benar-benar kenal dekat secara personal, tapi ada beberapa momen dalam hidup kami yang sempat bersisian dan membuat respect saya kepadanya semakin bertambah besar.

Read More…

(Liber Amicorum untuk) Muridan dan Rekognisi untuk Papua

Liber Amicorum


“Blog

Sebuah pagi di tahun 2000 (atau 2001 saya tidak ingat persis). Untuk pergi ke kantor saya di Gedung Summitmas, Jl. Jendral Sudirman, Jakarta, seperti hari-hari sebelum itu, saya naik bis Patas AC jurusan Depok-Tanah Abang dari rumah kontrakan saya di Lenteng Agung, Jakarta Selatan. Biasanya saya berhenti di halte bus di depan kantor Kepolisian Daerah (Polda) Daerah Khusus Ibu Kota (DKI), atau yang biasa juga disebut Komdak, di Jalan Gatot Subroto, sebelum saya melanjutkan kilometer terakhir menuju kantor di Gedung Summitmas I dengan naik bis Metromini ke arah Blok M. Tapi seperti sering terjadi sebelumya, karena tidak tahan dengan sesakan penumpang di dalam bis, pagi itu saya memutuskan untuk turun di perempatan Kuningan (waktu itu Underpass yang menghubungkan kawasan Mampang dan Jl. H.R. Rasuna Said belum dibangun). Yang masih saya ingat adalah, setelah turun dari bus saya lantas menunggu taksi kosong yang lewat. Kebetulan lokasi saya turun tidak begitu jauh dari kantor pusat perusahaan Taxi Blue Bird.

Read More…

Mengenang Bisri Effendi: Tentang VW Tua dan Rekonsialiasi Kultural

In Memoriam


Share

“Blog

Dua mobil VW (Volkswagon) tua mungkin bisa sedikit bercerita tentang komitmen Bisri Effendi (BE) dalam upaya panjangnya untuk rekonsiliasi kultural di banyak tempat di Indonesia.

BE adalah pencinta mobil VW tua. Seingat saya ia memiliki dua VW tua di rumahnya, tapi saya tidak persis tahu keluaran tahun berapa masing-masing mobil itu. Yang satu sebuah VW Kodok (VW Beetle), dan satu lagi sebuah VW Kombi (Combi). Dua-duanya adalah model VW yang saya kira paling ikonik, yang bukan hanya digemari di Indonesia tapi juga di tempat-tempat lain di dunia. Ketika butuh modal untuk mendirikan perusahaan yang sekarang menjadi perusahaan terkaya di bumi, Apple Computer, yang belakangan berubah nama menjadi Apple Inc, Steve Jobs menjual barang miliknya yang dia anggap paling berharga waktu itu, sebuah VW Kombi. Read More…

Mengenang Radjimo

In Memoriam


Share

“Blog

Sepokok pohon sawo di halaman depan rumah saya, yang roboh oleh hujan deras kamis sore menjelang maghrib, sebenarnya mungkin tidak memberi tanda apa pun. Tapi Jum’at pagi puluhan pesan WA saya terima mengabarkan hal yang tidak pernah saya harapkan: seorang sahabat yang demikian baik hatinya, Radjimo Sastro Wiyono, telah pergi untuk selamanya. Orang percaya bahwa meninggal di hari Juma’at adalah pertanda baik, dan saya percaya itu untuk Radjimo. Tapi tetap saja ada bolong besar dalam hati saya hari itu.

Read More…